Pengenalan
RIETER J-20 Air Jet Spinning |
Air jet spinning dengan 2 nozzle mencapai
karakter benang yang memuaskan, conothnya struktur dengan inti tanpa twist dan
permukaan yang diberi twist atau serat yang seolah-olah membungkus, melalui
false twist saat dipintal. Namun,
persentase batas false twist permukaan serat relatif rendah sekitar 5%. Air jet
spinning 2 nozzle sudah diketahui sangat sukses dalam memproses serat buatan
dan campuran cotton, dimana ketika memproses 100% cotton, sebagai contoh adanya
serat-serat pendek, maka air jet spinning tidak bisa mencapai single strength
yang cukup. (lihat Fig.33)
Fig.33 - Relative Yran Strength |
Untuk alasan ini, di USA –dengan pasar benang
campuran polyester/cotton yg cukup besar- mempunyai jumlah mesin air jet
spinning yang cukup banyak. Di Eropa dan Asia, yang mana didominasi proses
cotton, mesin air jet spinning bisa dikatakan tidak begitu sukses.
Melihat situasi seperti ini, Murata
mengembangkan proses spinning baru untuk benang yang hasilnya mengagumkan. Hak paten yang pertama dihapus diterbitka
pada 1980an. Saat itu vortex udara
digabungkan dengan elemen mekanik yang berputar. Sejak itu, Murata telah meninggalkan elemen
berputar, dengan hanya meninggalkan air vortex tanpa ada part mekanik yang
bergerak di zona pembentukan. Murata
memperkenalkan sistem air jet yang baru ini dengan nama Murata Vortex Spinning
(MVS) pada Otemas 97 dan kemudian di ITMA 99 (Fig. 34a).
Fig.34a - Air Jet Spinning principle by Murata (MVS) |
Didalam
2 nozzle jet spinning, sistem ini mempunyai drafting unit untuk memproses
sliver dari drawing dan tidak ada bagian yang bergerak di zona pintalnya. Air
jet spinning, bagaimanapun juga, tidak menggunakan false twist untuk
pembentukan benang.
Di tahun2008 Rieter meluncurkan mesin air-jet
spinningnya sendiri di pasar yaitu J10.
Sebuah mesin sisi ganda dengan 100 posisi spinning yang digerakan secara
individual dan 4 robot berjalan membidik tekanan ekonomi dari sistem spinning
lebih jauh lagi. (Fig. 34b)
Fig.34b - Air Jet Spinning RIETER J10 |
Diantara drafting unit dan titik pembentukan
benang pada masukan ke spindle (tube) diam, serat disampaikan secara pasti
pararel satu sama lain. (Fig.35)
Selama pemindahan serat ini, sedikit ujung
serat dipisahkan dari aliran serat utama.
Ujung serat-serat dipuntir terhadap inti benang di lubang spindle dengan
gerakan dari single air vortex.
Dibandingkan dengan air jet Spinning, proses
spinning seperti ini dapat diperoleh jumlah serat dipermukaan yang dapat
diterima, sebagai contoh ikatan serat,
di range 15%-30%. Hal ini mempunyai efek
yang positif, khususnya ketika memintal kapas. Proses air-jet itu sendiri
secara khusus menghilangkan cacat utama di prinsip air-jet spinning menggunakan
2 nozzle.
Fig.35 - Prinsip Air Jet Spinning |
Prinsip Operasional
Untuk
membuat proses air jet spinning mungkin dilakukan, ada 2 hal yang sulit
untuk dipecahkan di zona antara sistem drafting dan memasuki spindle.
·
Pemisahan
ujung bebas serat.
·
Pencegahan
pembentukan twist palsu
Jalur pemasukan serat dan spindle dikelilingi
dengan sebuah housing (Fig. 36-Spindle Area).
Pusaran udara didekat tempat masuk spindle membentuk sedikit vakum, yang
akan menghasilkan aliran udara melewati jalurnya. Aliran udara ini memindahkan
serat dari drafting unit ke masukan spindle.
Untuk menciptakan tanoa ujung serat yg bebas,
pemilihan jarak yang tepat (Fig.35) sangatlah penting. Jarak ini harusnya sedikit lebih pendek dari
panjang serat rata-rata yang diproses.
Ini membuat udara di dalam jalur feeding untuk memisahkan ujung serat
dari aliran utama serat.
Ini bukti apabila jarak L lebih panjang, maka
ujung bebas dari serat akan bertambah. L
adalah parameter proses yang penting. Tentu masih ada kemungkinan selama proses
pemisahan ujung serat, keseluruhan serat terlempar dari aliran serat
utama. Serat- serat ini tidak memiliki
kesempatan untuk terpadu di dalam benang. Serat tersebut akan melewati spindle
dan hilang. Di dalam air-jet-spinning,
kehilangan serat (umumnya serat pendek) cukup tinggi (5 sampai 10%). Semakin tinggi kandungan serat pendek didalam
sliver, semakin tinggi pula ratio dari waste.
Dengan aksi dari pusaran udara, ujung serat
seakan-akan berputar disekililing ujung spindle dan diberikan twist
mengelilingi inti yang tanpa twist dan berubah menjadi benang yang permukaannya
memiliki twist atau serat yang menutup.
Twist di permukaan ini akan memnimbulkan
sedikit torsi di dalam bennag yng sedang dibentuk. Torsi ini mempunyai tendency untuk memuntir gumpalan
serat diantara drafting unit dan spindle.
Twist semacam ini harus
dihindari dengan tujuan untuk tidak mempengaruhi pembentukan ujung serat bebas
yang diperlukan. Hal ini dapat diatasi
dengan cara stop twist. Untuk tujuan ini
Murata menggunakan jarum (Fig. 35), yang mengalihkan gumpalan serat sebelum
memasuki spindle, yang berperan sebagai twist stop yang effisien.
Sekali memasuki ujung spindle,
pembentukan benang terselesaikan dan benang dapat diambil untuk digulung di cheese.
Persyaratan Bahan Baku
Dikarenakan persentase serat
yang membungkus cukup tinggi, proses air-jet spinning bisa memproses 100%
Cotton, dengan panjang staple 1” keatas.
Untuk benang yang lebih halus, benang cotton harus melalui proses
combing. Serat-serat buatan (sampai
dengan 40mm) dan campuran sintetik cotton juga bisa diproses tanpa menemui
kesulitan. Seperti pada ring spinning,
hampir semua karakteristik benang lebih baik dengan menggunakan serat yang
lebih panjang dan halus.
Di dalam air jet spinning,
serat menjaga orientasi mereka melalui proses spinning. Khususnya inti dari
serat secara absolut akan pararel dengan aliran serat. Untuk optimalisasi hasil spinning, disarankan
untuk menggunakan sliver yang telah sejajar dengan baik. Hal ini juga akan membantu meningkatkan
peforma sistem drafting. Ini artinya 3
tahap drawing setelah carding harus digunakan.
Total draft air jet spinning terbatas (180-220 kali, secara teknologi),
ini setidaknya memproses sliver dengan kehalusan 2.5tex dan bahkan lebih halus
lagi untuk benang-benang dengan nomer tinggi. [RIKIPEDIA]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar